Banyak yang tidak menyangka bahwa kehadiran guru saat santri membaca Al-Qur'an sangatlah penting. Selain ada faedah râbithah dan murâqabah ikatan dan kedekatan emosional, juga ada faedah lain, yakni tentu saja mengoreksi apakah cara membaca santri sudah benar atau belum. Ini lebih dari sekadar tentang ilmu ucap melainkan juga ilmu ketika, seorang guru menegur muridnya yang sedang membaca Al-Qur’an sambil tiduran. Sebenarnya, sang murid membacanya bil ghaib alias dengan teknik hafalan. Diam-diam ia membaca dan hanya sesekali mengeraskan suaranya agar pas dan sesuai dengan makhraj. Tak disangka, sang guru mengetahui. Ia mengambil serban lalu memukul sang murid dengan pukulan kasih sayang."Kang, sampeyan baca Al-Qur’an itu memang bernilai ibadah. Tapi apa sampeyan nggak ingat, bahwa Rasulullah SAW itu tidak pernah menerima wahyu sambil tiduran seperti sampeyan itu."Mak deg dalam hati Sang Murid. "Kalau membaca Al-Qur'an itu, bacalah seolah sampeyan membaca di hadapan guru yang menunjukkan. Kamu akan terjaga dari sikap tidak memuliakan wahyu Allah," sang guru melanjutkan"Kalau murid sudah berani hilang adab saat dia sedang disimak guru dalam tingkah ghaib, bagaimana mungkin ia bisa menjaga adab dalam tingkah ghaib di hadapan Rasulullah? Sampeyan tidak pernah melihat beliau. Sampeyan juga tidak pernah hadlir di majelis beliau. Tentu akan lebih mudah bagimu untuk berpaling dari pengawasan beliau."Jedeeerrrr... Seolah apa yang disampaikan Sang Guru ibarat petir yang menyambar di relung hati terdalam dari murid. Tak terasa air matanya menetes. Peluh di sekujur tubuh mulai keluar, dingin, disambut semriwing angin yang menerpa badan. "Wahyu Allah itu turun sebagai petunjuk bagi umat. Ibarat sampeyan ditunjukkan oleh seseorang, kemudian sampeyan bersikap tanpa adab dengan orang yang menunjukkan, apakah sampeyan sudah siap untuk ditinggalkan oleh orang yang menunjukkan itu? Begitulah hendaknya sang murid beradab saat Allah SWT, tunjukkan lewat bulir-bulir kalam ilahi itu. Sikapnya terhadap kalam ilahi adalah cermin kesiapannya untuk diabaikan atau diterimanya ia," sambung sang guru sambil menunjuk ke muka sang murid langsung tersungkur. Kepalanya bersujud, air matanya tumpah. Sambil berbisik ia mengucap, "Astaghfirullahl 'adhim. Hamba tobat, Gusti. Mulai saat ini, hamba berjanji tak akan mengulangi lagi sikap hamba yang kurang adab itu. Ampuni kesalahan hamba, Gusti!" Tangis tersedu-sedu sang murid memecah kesunyian. Lalu tiba-tiba sesosok tangan menyolek-nyolek dengan suara lembut, "Mas... Mas.... Bangun! Waktunya sahur. Jenengan kok keringetan. Lagi masuk angin, ya?"Terkesiap, sang murid itu duduk. "Eh... cuma mimpi ya? Tapi seolah nyata sekali, seperti dalam situasi di gothakan kamar-ku dulu waktu di Pondok. Ah, sang guru hadir dalam mimpiku, masih menjaga adab dan sikapku. Untuk beliau teriring doa, al-Fatihah!"Lalu sang murid beranjak ke kamar mandi. Ambil wudhu, lalu mendekati istri yang sudah menyiapkan santap sahur dan menunggu kehadirannya. "Bismillahirrahmanirrahim..."Ustadz Muhammad Syamsudin, Pengasuh Pondok Pesantren Hasan Jufri Putri, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur======NU Online mengajak kepada pembaca semua untuk berbagi kisah inspiratif penuh hikmah baik tentang diri sendiri atau orang lain. Silakan kirim ke email redaksi
Debuyang beterbangan, kilatan pedang, hempasan anak panah, derap kuda adalah hal yang sudah biasa bagi beliau. Pengalaman, tragedi, kisah dan momen pun telah banyak beliau saksikan di setiap gelanggang perjuangan jihad. "Abu Qudamah, ceritakanlah pada kami kisah paling mengagumkan di hari-hari jihadmu,”. tiba-tiba salah seorang sahabatnya Dalam belajar atau menuntut ilmu di pondok pesantren, ada adab-adab yang harus dilaksanakan oleh santri, antara lain adab santri terhadap kiai guru, agar santri dapat berhasil dan mendapatkan ilmu yang banyak dan barokah, santri harus melaksanakan adab yang sudah ditentukan. Disini saya akan sedikit berbagi ilmu dari pengalaman yang diberikan bapak kiai kepada saya, ada 10 adab murid kepada guru, yaitu 1. Murid harus mempunyai iktikad, maksudnya murid tidak akan berhasil kecuali melalui guru, jika murid akan pindah pada guru lain, hal itu menjadi sebab terhijabnya atau terhalangnya nur hudayah guru, kecuali dapat izin dari guru. 2. Harus pasrah apa yang diridhoi guru, serta patuh kepada guru dan bersungguh-sungguh ridho dan ikhlas hati karena Allah, tidak bisa berhasil kecuali taat dan patuh pada guru. 3. Apa bila ada pertentangan atau beda pendapat keinginannya murid dengan guru, baik semua masalah atau sebagian, maka murid harus meninggalkan keinginannya itu, karena menentang guru sama saja menghilangkan barokah dan menjadi suul khotimah akhir yang tidak baik, kecuali guru memberi kebebasan pada murid. 4. Harus menjauhi apa yang tidak disukai guru dan ikut benci apa yang tidak disukai guru. 5. Jangan sekali-kali menerjemahkan mimpi atau lambang-lambang, lebih baik ditanyakan guru terlebih dahulu, tetapi jangan sekali-kali bertanya tentang jawabannya dan lebih baik menunggu jawabannya lain hari, dan apabila tidak ada jawaban lebih baik diam saja, jika guru tidak memberi jawaban itu adalah hikmahnya dan apabila murid disuruh guru untuk menerangkan sesuatu, maka murid harus cepat-cepat menjawab secukupnya saja, jangan bertele-tele atau banyak bicara. 6. Berbicara pelan didepan majelis atau dalam rumah guru, dan jangan sekali-sekali banyak bicara atau tanya jawab kepada guru, karena dapat terhijabnya atau tertutupnya nur hidayah dan itu tidak termasuk adab yang baik. 7. Apabila hendak kerumah guru jangan sampai tiba-tiba, lebih baik bertanya atau memberi tahu terlebih dahulu kepada guru, dan jangan kerumah guru apabila guru masih beristirahat, dan apabila kerumah guru bilang seperlunya saja, dan apabila guru menyuruh pulang nanti saja, murid harus mengikuti perintah guru. 8. Jangan sekali-sekali menyembunyikan sesuatu hal kepada guru, dan apabila kita dibilangi didawuhi jangan sekali-sekali ditambah atau dikurangi sedikitpun karena itu ada barokahnya. 9. Murid tidak boleh merubah perkataan gurunya kepada orang lain, dan tidak boleh disampaikan kepada orang lain, apabila tidak ada izin dari guru. 10. Tidak boleh berprasangka jelek kepada guru dan tidak boleh membicarakan kesalahannya guru, murid tidak boleh kecewa sama guru, jika keinginannya tidak dipenuhi, karena kalau guru itu mencegah, itu pasti ada hikmahnya, dan jika disuruh guru, maka cepat-cepat segera melakukannya meskipun itu berat. Dan jika murid ada kebutuhan dengan guru, jangan sekali-sekali menitipkan surat pada orang lain, lebih baik datang kerumah guru langsung dan bilang baik-baik kalau guru disuruh kerumah murid, dan jangan sekali-sekali memaksa, lebih baik minta kelonggaran. Jika guru tidak bisa datang jasmaninya, yang penting dapat doa restunya guru, dan jangan sekali-sekali bilang kalau pak kiai itu guru saya tetapi sekarang tidak guru saya karena sudah tidak mengajar saya. Murid harus menyukai guru dan keluarganya, karena putra putrinya guru itu seperti keluarga sendiri, karena guru itu bapak rohaninya seorang murid, dan bapak kandungnya adalah bapak jasmaninya murid. Dan apabila seorang santri atau murid dapat memahami dan mengamalkan adab atau tatakrama yang ada diatas ini dan ilmu-ilmu yang ada didalamnya, maka bisa tambah makrifatnya, mahabah dan barokah, serta mendapatkan khusnul khotimah akhir yang baik. 9eMs. 259 96 340 235 444 164 71 76 458