Nah dongeng anak yang ditayangkan TVRI dalam program Belajar dari Rumah ini ada Pani si Kelelawar dan Cerita si Kancil yang legendaris di Indonesia. Dalam dongeng anak Indonesia, kancil dikenal sebagai binatang yang pandai dan cerdik. Baca Juga: Virus Corona Bisa Bertahan di Udara dan 4 Berita Populer Kesehatan Lainnya KUMPULAN DONGENG SI KANCIL Deskripsi KUMPULAN DONGENG SI KANCIL Cerita Binatang Cerdik dan LucuPengarang Lingkar MediaJumlah Halaman v+61 halamanUkuran 16,5 cm * 24 cmCover Soft CoverDaftar isi rangkaian cerita antara lain1. Mencuri timun2. Menipu para buaya3. Sabuk nabi Sulaiman4. Gong ajaib5. Kancil mengalahkan harimau6. Babi yang sombong7. Kancil dikalahkan siput8. Gajah yang baik hati9. Kancil menipu kera10. Hakim yang cerdik11. Si kancil dan beruang12. Kancil dan burung puyuh13. Lolos dari jebakan14. Tertipu lagi15. Kuda yang malang16. Harimau berguru kepada kucing17. Harimau yang tak tahu diri18. Kancil tertangkap penduduk19. Pangeran kodok. PajakTag Dikenakan PPNDeskripsi cukup jelas sesuai regulasi Spesifikasi Berat0 kg Panjang0 cm Lebar0 cm Tinggi0 cm KelasU Kondisi BarangBaru Pengiriman14 hari DongengAnak: Kancil Hakim Yang Cerdik. Adik - adik cerita sang kancil memang sangat paling di minati oleh anak-anak, dongeng si kancil mempunya banyak kisah dan judul dengan karakter kancil yang cerdik dan pintar. Adik-adik tentu suka membaca juga kan. Kali ini kaka akan menuliskan cerita kancil dengan judul " KANCIL HAKIM YANG CERDIK ", mari Abu Nawas merupakan salah satu tokoh populer dari dongeng 1001 Malam. Meski terkadang konyol, tapi ada juga kisahnya yang memberi banyak pelajaran. Contohnya adalah hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir yang bisa kamu baca berikut Abu Nawas dan lelaki kikir ini merupakan bagian dari kisah 1001 Malam yang sudah mendunia. Maka, tak mengherankan jika kisah tersebut sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa yang menceritakan tentang seorang laki-laki yang kurang bersyukur ini sangatlah menarik dan mengandung nasihat yang baik. Jadi, selain bisa refreshing, kamu juga akan mndapatkan pelajaran berharga tentang hanya ringkasan hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir saja, kamu pun dapat menemukan ulasan singkat mengenai unsur intrinsik, pesan moral, hingga fakta-fakta menarik tentang kisah tersebut. Nah daripada kebanyakan basa-basi, langsung saja cek selengkapnya di bawah ini, ya! Alkisah, hiduplah seorang lelaki yang memiliki sifat kikir. Tak hanya pada keluarganya, tetapi pada dirinya sendiri juga begitu. Ia sudah menikah dan dikaruniai tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Keluarga tersebut tinggal di sebuah rumah yang bisa dibilang cukup besar. Namun entah mengapa, lelaki tersebut merasa kalau rumahnya terlalu sempit. Sebenarnya, ia bisa saja merogoh kocek untuk memperluas rumahnya. Namun karena dasarnya kikir, ia tentu saja tidak mau melakukan hal tersebut. Berhari-hari, dirinya memikirkan bagaimana caranya untuk merenovasi rumahnya tanpa mengeluarkan uang. Kemudian, ia memiliki ide untuk menemui Abu Nawas. Di kampung tersebut, Abu Nawas memang dikenal sebagai orang yang cerdik. Banyak orang yang datang kepadanya untuk meminta nasihat. Pergi Menemui Abu Nawas Pria kikir itu pergi ke rumah Abu Nawas. Sesampainya di sana, ia pun memberi salam, “Salam, hai Abu Nawas, semoga engkau selamat sejahtera.” “Salam juga untukmu wahai orang asing. Ada apa gerangan engkau mendatangi rumahku yang reot ini?” tanyanya. Laki-laki tersebut kemudian menceritakan hal yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Ia menginginkan rumah yang luas, tetapi tanpa mengeluarkan banyak biaya. Ia meminta pada Abu untuk memberinya jalan keluar. Setelah menyimak dengan seksama apa yang dibicarakan oleh lelaki itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejenak. Katanya, “Apabila engkau menginginkan kediaman yang lebih luas, sekarang belilah sepasang ayam jantan dan betina. Setelah itu, buatkan kandang di dalam rumahmu.” “Tiga hari lagi, datanglah ke sini. Laporkan bagaimana keadaan rumahmu padaku,” lanjutnya. Pria tersebut sebenarnya kurang paham mengenai korelasi rumahnya menjadi luas dengan ayam-ayam tersebut. Namun, ia akhirnya membelinya juga. Sepulang dari rumah Abu, ia pergi ke pasar untuk membeli sepasang ayam. Setelah itu, ayam-ayam itu dibawanya ke rumah dan dibuatkan kandang di dalam. Baca juga Legenda Si Penakluk Rajawali Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran Berharga tentang Ketulusan Menambahkan Sepasang Bebek Sesuai dengan perjanjian, pria kikir itu datang kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, “Bagaimana? Apakah rumahmu menjadi tambah luas?” Dengan sedikit kesal, lelaki tersebut menjawab, “Engkau yakin idemu tersebut memang benar? Bukannya tambah luas, tetapi rumahku menjadi kacau karena ayam-ayam itu. Tak hanya membuat rumah jadi bau, tetapi juga berantakan.” Mendengar jawaban tersebut, Abu hanya tersenyum. Kemudian berkata, “Kalau begitu, sekarang tambahkan sepasang bebek dan buatkan kandang lagi. Kembalilah dalam tiga hari.” Si pria kikir kaget mendengar perkataan Abu Nawas. Ia pun merutuk dalam hati karena nanti rumahnya pasti akan terlihat seperti peternakan. Namun karena tidak berani membantah, ia lalu pergi ke pasar dan membeli sepasang bebek. Tak lupa juga, ia membuatkan kandang untuk peliharaan barunya. Membeli Seekor Kambing Tiga hari kemudian, laki-laki kikir tersebut kembali menemui Abu Nawas. Seperti biasa, Abu menanyakan bagaimana keadaan rumahnya. Lalu begini jawabnya, “Abu Nawas, tolonglah jangan mengerjaiku lagi. Bukannya bertambah luas, rumahku malah semakin sempit. Sekarang juga menjadi mirip pasar unggas dengan bau yang sangat tidak enak.” “Wah bagus sekali kalau begitu. Sekarang tambahkan seekor kambing dan buatkan kandang juga di dalam rumah. Setelah itu seperti biasa, datanglah ke sini tiga hari lagi.” Pria kikir tersebut tentu saja merasa jengkel. Katanya, “Apakah engkau sudah gila, Abu? Beberapa hari lalu sudah ayam dan bebek, sekarang masih ditambah kambing? Memangnya tidak ada cara lain?” “Sudahlah lakukan saja. Engkau tidak boleh membantah,” putus Abu Nawas. Lelaki itu pun menjadi lesu. Ia sebenarnya tak mau melakukannya, tapi ini perintah Abu Nawas. Lalu, berangkatlah ia ke pasar membeli kambing seperti yang diperintahkan. Baca juga Legenda Batu Golog dari Nusa Tenggara Barat dan Ulasan Lengkapnya, Sebuah Pesan Bijak untuk Para Orang Tua Awal Sebuah Penyelesaian Beberapa hari kemudian, Abu Nawas sudah menyambut si pria kikir di depan rumahnya. Katanya, “Bagaimana? Apakah rumahmu sudah membesar sekarang?” Dengan perasaan yang campur aduk, lelaki itu menjawab, “Saat ini, rumahku rasanya benar-benar seperti di neraka. Setiap hari istriku tak berhenti mengomel. Anak-anakku juga menangis.” “Selain itu, ayam, bebek, dan kambing mengeluarkan suara bersahut-sahutan. Rumahku jadi bau, panas, dan sumpek. Jadi sekarang, tolonglah engkau jangan menyuruhku melakukan hal yang aneh-aneh,” lanjutnya. Kali ini, Abu Nawas tak menyuruhnya untuk membeli hewan lagi. Akan tetapi, ia menyuruh lelaki tersebut untuk menjual kambingnya ke pasar. Sejujurnya, si lelaki kikir tidak mengerti jalan pikiran Abu Nawas. Kemarin, dirinya disuruh untuk membeli kambing, tetapi kenapa sekarang malah dijual? Tak mau terlalu memusingkannya, ia kemudian pergi melakukan apa yang telah diperintahkan. Rumah Kembali Lega Esok harinya, pagi-pagi sekali, pria kikir itu ke kembali ke rumah Abu Nawas. Ia berkata kalau rumahnya sekarang sudah jauh lebih baik. Suasananya menjadi sedikit lebih tenang setelah kambingnya dijual. Setelah itu, Abu Nawas menyuruhnya untuk menjual sepasang bebeknya ke pasar. Lelaki kikir itu keesokan harinya kembali lagi. Katanya, “Hari ini aku lebih senang. Rumahku tidak terlalu sumpek dan bau setelah bebek-bebek itu pergi. Anak-anakku juga sudah tidak sering menangis lagi.” Selanjutnya, ia disuruh oleh Abu Nawas untuk menjual ayam-ayamnya. Kemudian, ia datang lagi besoknya. Abu berkata, “Kulihat-lihat, wajahmu berseri-seri hari ini. Bagaimana? Apakah ada perubahan di rumahmu?” Sambil tersenyum, pria itu menjawab, “Rumahku sekarang rasanya sanglah lega, Abu. Ayam, bebek, kambing, beserta kandang-kandangnya sudah tidak ada sehingga tidak berisik dan bau.” “Istriku pun sudah tidak mengomel-ngomel lagi. Dan, anak-anakku juga tidak rewel lagi,” lanjutnya. Mendengar perkataan si lelaki kikir, Abu kemudian berkata, “Engkau sekarang bisa melihat, kan? Rumahmu terasa lebih luas, padahal tidak menambahkan apa pun.” Lanjutnya, “Ketahuilah, sebenarnya rumahmu itu sudah cukup luas. Hanya saja, hatimu sempit sehingga tak bisa melihat hal itu. Mulai sekarang, engkau harus banyak-banyak bersyukur. Di luar sana, masih banyak orang yang tidak memiliki rumah sepertimu.” Akhirnya, pria kikir tersebut memahami dan paham dengan apa yang dilakukan oleh Abu Nawas selama ini. Ia pun merasa sangat malu. Dalam hatinya, ia berterima kasih karena sudah diingatkan akan betapa pentingnya bersyukur. Baca juga Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Sumber Majalah Missi Gimana? Seru banget, kan, ringkasan cerita Abu Nawas dan lelaki kikir di atas? Nah selanjutnya, di sini kamu akan menemukan penjelasan singkat unsur-unsur intrinsik dari kisah ini. 1. Tema Inti cerita atau tema hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini adalah tentang bersyukur. Di kehidupan nyata, kamu bisa jadi sudah sering menjumpai sosok seperti lelaki kikir ini. Atau, kamu mungkin adalah salah satunya? 2. Tokoh dan Perwatakan Pada hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini, hanya ada dua tokoh yang akan dibahas secara lebih detail. Yang pertama tentu saja adalah Abu. Abu Nawas merupakan sosok yang cerdik dan bijaksana. Ia tidak mau hanya menyuruh dan menasihati orang lewat kata-kata saja, tetapi juga tindakan. Itulah mengapa, ia menyuruh lelaki kikir untuk melakukan hal seperti membeli ayam, bebek, dan kambing. Selanjutnya, si lelaki kikir. Ia merupakan orang yang kurang bersyukur dan sangat pelit. Meskipun begitu, ia adalah orang yang penurut dan mau berbesar hati mengakui kesalahan. 3. Latar dari Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Secara umum, latar tempat dari kisah tersebut adalah di daerah Persia atau Arab. Namun secara spesifiknya, kamu juga bisa menemukan latar tempat terjadinya cerita tersebut, yaitu rumah si lelaki kikir, pasar, dan rumah Abu Nawas. 4. Alur Sementara itu, alur dari cerita Abu Nawas dan lelaki kikir ini menggunakan alur maju. Di sini, penulis menceritakan peristiwa dari awal munculnya permasalahan hingga selesainya. 5. Pesan Moral Ada beberapa amanat atau pesan moral yang bisa kamu ambil dari dongeng Abu Nawas dan lelaki kikir ini. Salah satunya adalah harus banyak-banyak bersyukur. Kamu harus bijak dalam bersikap. Sesekali jangan hanya melihat ke atas saja, tetapi juga ke bawah. Di luar sana, masih banyak sekali orang yang mungkin tidak seberuntung dirimu. Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga ekstrinsik yang membangun cerita tersebut. Unsur ekstrinsik biasanya berhubungan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Fakta Menarik tentang Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Sumber Wikimedia Commons Setelah menyimak penjelasan unsur ekstrinsik, berikut ini ada fakta menarik tentang hikayat Abu Nawas yang sayang jika dilewatkan. 1. Mengenai Sosok Abu Nawas Sosok Abu Nas ini memang terkenal sekali. Namun ,pernahkah kamu bertanya-tanya apakah sosoknya nyata atau tidak? Jawabannya adalah nyata. Dalam bukunya yang berjudul Abu Nawas A Genius of Poetry, Philip Kennedy menyatakan kalau sosok tersebut bernama asli Abu Ali al-Hasan bin al-Hakami yang lahir pada tahun 756 Masehi di Persia. Ia adalah seorang penyair dan penulis cerita. Kebanyakan kisah-kisah lucu tentangnya merupakan pengalaman hidupnya sendiri. Sayang sekali, hidupnya berakhir mengenaskan. Ia meninggal setelah dianiaya oleh keluarga bangsawan yang iri padanya. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Sudah Puas Menyimak Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Ini? Itulah tadi ringkasan cerita, unsur-unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik dari hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir. Semoga kamu bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, ya! Kalau masih kurang, kamu bisa membaca petualangan Abu Nawas yang lainnya. Contohnya adalah Abu Nawas merayu Tuhan, Abu Nawas dan Botol Ajaib, Abu Nawas dan Keledai, dan lain-lain. Tak hanya itu saja, kamu pun dapat menyimak legenda nusantara, dongeng Barat, serta kisah para nabi di sini. Pokoknya lengkap banget, deh! Baca terus PosKata, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. Ceritafabel berisi pesan moral dari kehidupan manusia yang dapat diambil untuk dijadikan pelajaran. Ringkasan isi cerita adalah gambaran isi cerita dari suatu karya baik itu buku, film atau pementasan dari awal sampai akhir, sehingga membentuk sebuah tema cerita, ditulis secara lebih singkat, padat serta jelas. Langkah-langkah membuat

0% found this document useful 0 votes2K views63 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views63 pagesKajian Filologis Dalam Hikayat Cerita SeorangJump to Page You are on page 1of 63 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 12 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 16 to 19 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 23 to 25 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 29 to 48 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 56 to 62 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Adik- adik cerita sang kancil memang sangat paling di minati oleh anak-anak, dongeng si kancil mempunya banyak kisah dan judul dengan karakter kancil yang cerdik dan pintar. Adik-adik tentu suka membaca juga kan. Kali ini kaka akan menuliskan cerita kancil dengan judul "KANCIL HAKIM YANG CERDIK", mari adik-adik kita lanjutkan membaca ceritanya.

Mahkamah tanpa hati adalah cerita mengharukan dan menyentuh hati tentang seorang hakim yang jujur yang dihadapkan pada pilihan yang mengharukan cerpen tentang seorang hakim jujur ini menceritakan seorang kakak yang telah mengorbankan apa saja agar adiknya setelah sang adik sukses menjadi seorang hakim, malah dihadapkan dengan keputusan yang berat terhadap kasus yang menimpa cerpen sedih banget tentang kisah yang menggambarkan kejujuran disimak saja cerpen berjudul mahkama tanpa hati, berikut TANPA HATI Author Zaidan AkbarSejenak Rasyid termenung seorang diri. Ia menatap langit-langit rumahnya yang hanya terbuat dari rajutan daun rumbia. Sekilas ingatan Rasyid menyeretnya ke memori masa begitu jelas ketika masa kecil Rasyid bersama sang adik, yakni Ardan yang penuh kepahitan hidup. Bagaimana tidak, Rasyid dan adiknya sudah menjadi yatim piatu sejak mereka masih tanpa orang tua membuat Rasyid begitu menyayangi adiknya. Rasyid kecil dulu selalu berjuang, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari buat mereka berdua tapi juga Rasyid terus berusaha keras agar dapat menyekolahkan adiknya demi pengorbanan telah Rasyid lakukan supaya Ardan, sang adik terus dapat melanjutkan sekolahnya bahkan hingga Ardan berhasil mendapatkan gelar sarjana Ardan telah sukses. Dengan pendidikan yang terus Ardan lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi telah membaawa Ardan kepada posisi sekarang yang berhasil ia raih. Kini Ardan dipercaya sebagai seorang hakim di sebuah pengadilan Rasyid masih bergulat dalam lamunannya. Kisah-kisah yang ia lalui bersama Ardan tentunya penuh dengan rintangan hidup. memang tidak mudah bagi Rasyid dan Ardan menjalani hidup tanpa adanya kedua orang Rasyid kerap dirasuki rasa rindu yang tebal pada Ardan, adik satu-satunya itu yang begitu ia terakhir mereka adalah ketika Rasyid menolak bantuan yang ditawarkan Ardan kala saja suara Faridah yang menyapa lembut Rasyid terdengar jelas dan membuyarkan lamunan Rasyid. Rasyid sontak menoleh Faridah yang tak lain adalah istrinya sendiri. Faridah datang mendekati Rasyid."Pak! apa yang bapak pikirkan?" cetus Faridah dengan pertanyaannya."Tidak ada buk!" jawab Rasyid dengan singkatFaridah tersenyum mendengar ucapan suaminya itu, sebab Faridah tahu betul perangai Rasyid yang apabila Rasyid mulai melamun sendiri itu tandanya ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Rasyid saat itu seketika Rasyid menghela napas panjang dan berkata."Buk! kira-kira bagaimana kabarnya Ardan sekarang ya?" ucap Rasyid bertanya"Bapak merindukan Ardan?" tanya Faridah balik pada hanya diam dan menundukkan kepalanya."Bagaimana kalau Bapak berkunjung saja ke rumah Ardan?Rasyid menggelengkan kepalanya untuk merespon pertanyaan istrinya lagi Faridah hanya tersenyum kecil melihat suaminya itu, mungkin Rasyid punya alasan tersendiri mengapa Rasyid tak menerima saran yang larut membuat sepasang suami istri itu tenggelam dalam sungutan jangkrik yang terus mendendangkan Rasyid dan Farida pun berhenti sampai di situ saja karena sudah saatnya mereka yang sebenarnya terjadi antara Rasyid dan Ardan?Sebenarnya kedua kakak beradik ini tidaklah bersiteru, namun pada akhir pertemuan mereka, Ardan begitu kesal pada selalu menawarkan bantuan kepada Rasyid, sang kakak. Bantuan itu seperti modal usaha agar Rasyid tidak lagi hidup seperti sekarang ini, namun beberapa kali Ardan menawarkan sesuatu tapi Rasyid kerap menolaknya dan akhirnya Ardan merasa kesal karena Ardan merasa Rasyid tak menghargai niat baik Ardan Ardan tak tega melihat kehidupan sang kakak yang hanya pas-pasan. Ardan ingin nasib Rasyid bukan Rasyid namanya jika ia begitu saja menerima bantuan siapapun juga meskipun itu hanya dari adiknya sehari-hari berprofesi sebagai nakhoda perahu penumpang. Biasanya orang-orang akan melewati sungai yang terbentang ketika ingin masyarakat pesisir, ini adalah jalan satu-satunya yang harus ditempuh jika warga untuk keluar masuk desa kecil yang Rasyid lakoni ini sudah lama sekali ia geluti bahkan sejak Rasyid masih remaja dan dengan pekerjaan ini pula dulu Rasyid mampu membantu pendidikan adiknya hingga di bangku profesi yang sama juga Rasyid jalani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari istri dan kedua yang indah kini datang juga. Matahari tampak gagah di singgasananya. Orang-orang bergegas dengan berbagai aktifitas hidup yang mereka jalani tak terkecil Rasyid."Hari ini aku kesiangan," bisik Rasyid dalam benaknya setelah sholat subuh tadi Rasyid tak bisa melawan rasa kantuknya hingga tanpa sadar Rasyid pun tertidur tepat di atas terus bergegas dan melanjutkan langkah kakinya dengan cepat untuk sampai di pelabuhan lama Rasyid berjalan kaki, sampailah ia ke pelabuhan itu dan di sana Pak Salman yang merupakan pemilik perahu tumpangan tempat Rasyid bekerja nampak geram sekali atas keterlambatan Rasyid."Rasyid, Rasyid!" ucap Pak Salman sambil menggelengkan kepalanya"Jam berapa sekarang? kenapa kau terlambat? ada apa? biasanya kau tidak begini"Pak Salman mencerca Rasyid dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa ia jawab."Sekarang kau pulanglah! untuk hari ini tugasmu telah digantikan oleh Herman, kebetulan Herman sedang tak melaut" tegas Pak Salman meminta maaf atas kesalahannya itu dan Pak Salman terlihat hanya mengangguk-angguk saja sebagai tanda bahwa Pak Salman juga telah memaafkan ada yang bisa Rasyid kemukakan sebagai alasan terhadap kesalahan yang telah ia buat, namun yang pasti Rasyid kini pulang ke rumah dengan tangan hampa. Itu artinya tak ada penghasilan Rasyid untuk hari di rumah, Faridah terkejut melihat suaminya sudah berdiri di depan pintu dengan wajah yang murung."Pak! Bapak kok balik lagi?" tanya Faridah begitu tak menjawab pertanyaan istrinya itu. Rasyid tampak lesu dan langsung duduk bersandar di teras rumah mereka sembari menahan kecewa Rasyid memang kentara sebab ia tahu hari ini tak ada sesuatu apapun di rumah mereka yang dapat dimasak untuk jadi makanan hari sudah kandas, uang belanja telah pula habis. Biasanya Faridah berhutang dulu di kios Buk Marwah menjelang suaminya pulang di sore hari baru hutang itu ia bayar, tapi hari ini berbeda karena Rasyid tidak bekerja dan tak punya Faridah hanya menatap suaminya yang sedang kalut dalam renungan itu. Faridah mulai faham apa yang pikiran Rasyid terlintas wajah kedua anaknya yang sebentar lagi akan pulang sekolah. Apa yang akan mereka makan? hati Rasyid terus bertanya-tanya dalam lama kemudian terdengar suara kedua bocah mengucapkan salam. Mereka adalah buah cinta antara Rasyid dan Faridah. Ya! mereka adalah Agus dan Irfan. Kedua bocah yang selalu menjadi energi bagi kebahagiaan Rasyid dan pun menghampiri kedua anaknya itu. salam hormat kedua bocah itu tampak begitu tulus ketika mereka mencium tangan kini merupakan siswa kelas Delapan SMP sedangkan Irfan masih kelas lima SD, namun harapan dan masa depan mereka bergantung di pundak Rasyid yang kerap menginginkan anaknya untuk terus melanjutkan pendidikan agar dapat menjadi orang-orang sukses di kemudian untuk ini Rasyid bersedia berkorban demi sekolah anak-anaknya, Tak ubahnya seperti yang pernah Rasyid lakukan dulu saat ia terus gigih dalam memperjuangkan pendidikan adiknya Ardan."Ibu, aku lapar!" ujar Irfan yang masih polos dengan mengelus perutnyamendengar itu, air mata Faridah mulai tergenang di kelopaknya."Iya, Iya, sebentar lagi ibu masak, nak! sahut Faridah dengan suara sedikit serak karena menahan tatapan Rasyid lekat dan mulai berair saat melihat anaknya yang mengeluh lapar itu. Rasyid menghela nafas panjang lalu Faridah melirik Rasyid yang dari tadi diam dan tak berkata sepatah kata pun itu Rasyid berdiri dan seketika ia keluar dari rumahnya. Tanpa berucap apapun Rasyid melangkahkan kakinya untuk pergi sejenak .Faridah cukup memahami kondisi keluarganya dan ia mengerti betul apa yang akan terjadi jika satu hari saja Rasyid tak menenangkan kedua buah hatinya, Faridah mendekati anak-anaknya dan berkata."Nak! Hari ini ayahmu tak bekerja, kita tak punya uang untuk beli makanan, minum air putih saja ya!" ucap Faridah merayu mengerti atau tidak namun kedua bocah itu menganggukkan kepala dan Faridah langsung mengusap rambut keduanya dengan sepasang mata yang sejak tadi berjalan dan berlalu hingga siang berubah menjadi sore, namun Rasyid tak jua rumah mereka Faridah terlihat was-was karena suaminya itu tak nampak batang hidungnya sejak tadi dan kedua anaknya, Agus dan Irfan masih saja berjuang melawan rasa lapar mereka sampai malam pun datang adalah malam yang begitu dingin. Di luar sisa-sisa hujan yang senja tadi turun telah meninggalkan gerimis-gerimis kecil yang tak jua kunjung reda, sedangkan Rasyid pergi entah kemana dan belum pulang hingga Faridah melihat kedua putranya terus gelisah. Agus dan Irfan tak bisa tidur karena laparnya perut mereka yang tak berisi dari tadi tak ke habisan akal, Ia mulai membacakan dongeng dari buku yang ada di dalam tas Irfan hingga lambat laun kedua bocah lapar itupun tertidur jua dalam pelukan ibu Faridah memandangi kedua bocah yang tidur dalam lelap itu. Ternyata sekuat-kuatnya hati seorang ibu akhirnya menangis juga saat melihat anaknya diterpa derita seperti ini. Butir demi butir air mata mengalir berjatuhan di pipi lama suara Rasyid ucapan salam terdengar dari luar. Faridah bergegas membukakan pintu. Ternyata sang suami yang ditunggu telah pulang dengan menenteng tiga bungkus nasi goreng dalam sebuah tak masuk ke dalam rumah, Rasyid langsung berucap."Agus dan Irfan mana Buk?""Mereka sudah tidur Pak," jawab Faridah lembutLalu Rasyid masuk ke rumah dan terus menyibak tirai kamar tidur kedua putranya itu. Agus maupun Irfan telah tidur pulas dengan mimpi-mimpi kedua buah hatinya yang terlelap itu, mata Rasyid mulai basah berair. Tangisan Rasyid mungkin tak terdengar tapi hatinya pilu sekali menyaksikan anak-anaknya tertidur dalam keadaan perut kosong karena seharian belum ada yang dimakan."Dari mana saja Pak? Aku dan anak-anak khawatir," ucap Faridah pada suaminya"Aku tak tega melihat Agus dan Irfan tak makan seharian, aku mendatangi Pak Salman di pelabuhan, aku berharap dapat pinjaman buk!" jawab Rasyid menjelaskan."Lalu ...?" tanya Faridah dengan penasaranKemudian Rasyid menatap istrinya yang bertanya itu seraya berujar."Aku tak mendapatkan apapun dari Pak Salman."Untung tadi aku bertemu Herman yang menggantikan pekerjaanku hari ini, dia membagi penghasilannya padaku dan aku membelikan beberapa bunkus nasi goreng ini," tegas Rasyid lagi dengan genangan air menghela napas panjang dan ia berkata."Sudahlah Pak! Bapak makanlah dulu."Rasyid menggeleng kemudian berucap."Kau makanlah bu, aku tak selera.""Kalau begitu nasi goreng ini ibu simpan saja, kita makan besok saja bersama anak-anak kita, ya kan pak?" ujar menganggukkan kepalanya sebagai respon terhadap tanggapan istrinya pun tersenyum kecil dan tak lama mereka pun istirahat karena malam sudah begitu harinya Rasyid bangun pada subuh sekali. Sebagai seorang muslim Rasyid melaksanakan sholat subuh sebagaimana yang selalu ia mulai menampakkan diri meskipun baru sedikit di atas ufuk. Rasyid tak ingin terlambat seperti sekali Rasyid bergegas ke pelabuhan dan hari ini Rasyid harus dengan semangat menjalani pekerjaannya itu yakni sebagai nakhoda kapal kayu demi hari terus ia lakoni pekerjaan itu dan kondisi keuangan keluarga Rasyid pun mulai kembali suatu malam, entah mengapa Rasyid kembali menatap fhoto masa kecilnya bersama Ardan sang adik. Rasyid meraih fhoto itu yang selama ini tergantung di dinding anyaman bambu batin Rasyid sangat merindu adiknya itu, Ardan yang selalu ia perjuangkan dulu hingga kini telah sukses menjadi seorang hakim. Di sela kerinduannya terselip rasa bangga yang dari jauh Faridah memperhatikan kelakuan suaminya itu. Betapa Faridah sangat tahu sungguh Rasyid menyayangi Ardan, sayang sekali dan rasa itu tak pernah berubah sampai hari hanya membiarkan Rasyid menikmati kerinduannya pada Ardan . Faridah tak ingin masih saja menatap fhoto yang dipegangnya itu. namun ketika Rasyid sedang asyik dengan kenangan masa lalunya, tiba-tiba Agus datang menghampiri sang ayah."Ayah rindu paman ya?" tanya melempar senyum pada Agus untuk menjawab pertanyaan menarik tangan anaknya untuk duduk di sampingnya."Nak! ayah rindu sekali pada pamanmu," ungkap Rasyid dengan terus menatap fhoto kecil mereka itu"Ayah ingat betul waktu itu, ketika pamanmu masih kecil, ia pernah sakit demam, ayah sangat khawatir sekali, ayah panik"Pada saat itu di luar hujan turun dengan lebat dan ayah juga tak punya uang kala itu, namun ayah tetap pergi ke apotik, ayah menangis tersedu-sedu sepanjang perjalanan."Ayah berlutut dan bermohon pada pemilik apotik agar diberi obat demam untuk pamanmu dan pemilik apotik itu memberinya."Lalu ayah pulang dengan menghapus air mata di sela hujan yang begitu lebat. Semuanya ayah lakukan agar pamanmu dapat sembuh dari demamnya."Rasyid menceritakan sepenggal kisah masa kecilnya bersama Ardan kepada anaknya."Jika ayah rindu, mengapa ayah tak datang saja ke rumah paman?" tanya Agus pada sang ayah"Apa ayah malu karena hidup kita miskin?" tanya Agus lagi"Tidak!" jawab Rasyid singkat"Atau paman sudah tak peduli pada Ayah?" Agus kembali bertanyaRasyid hanya menggeleng dan sejenak Rasyid menarik napas panjang kemudian ia langsung berucap."Sudah lah! sana pergi tidur, ini sudah jauh malam""Iya ayah," sahut Agus belum berdiri dari tempat duduknya seperti ada yang ingin ia tanyakan lagi pada ayahnya."Apa lagi, nak?" tanya Rasyid pada anaknya"Ayah, besok kan hari Minggu, Agus libur, apa boleh Agus ikut bersama ayah naik perahu?" pinta Agus."Untuk apa kau ikut? ayah kan bekerja," ujar Rasyid sambil mengusap kepala anaknya itu"Sekedar berjalan-jalan Yah, lagi pula aku ingin besok seharian bersama ayah, boleh ya yah, boleh ya," Agus bermohon merayu sang ayahRasyid mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda bahwa Rasyid bersedia mengabulkan permintaan yang di tunggu ternyata telah datang. Agus menyambutnya dengan riang. Agus bersiap-siap pada pagi ini Agus akan bersama Ayahnya satu harian penuh. Ini adalah kesempatan langka bagi Agus meskipun hanya sekedar naik perahu mengikuti ayahnya cerita, mereka pun berangkat dengan hati yang bahagia terutama Agus. Rasyid menggandeng tangan anaknya dan menaikkannya ke Parahu kayu ini penumpang memang tak banyak, hanya sebelas orang saja, namun hati Rasyid cukup senang karena ia merasa Agus bahagia ikut kayu berpenumpang itu mulai melaju menjauhi pelabuhan. Agus mulai menikmati perjalanannya dengan memperhatikan hamparan sungai yang begitu mesin perahu memang terdengar bising di telinga, namun semua itu berpadu dengan segumpal bahagia di hati air sungai yang surut di muara selat Malaka ini membuat air cukup deras, entah kenapa langit tiba-tiba mendung, gerimis mulai turun namun tak lama gerimis berubah menjadi hujan yang yang semula cerah langsung berubah dengan kilatan petir dan menciptakan suara gemuruh yang bersahutan. Suasana terasa mencekam. Rasa was-was mulai menghantui penumpang tak terkecuali mesin perahu seketika mati dan balok besar di muara menghantam keras dinding haluan perahu hingga papan badan perahu itu pecah, sontak saja air menderu masuk melalui pecahan mulai sarat dengan air, angin yang kencang dan gelombang ombak yang besar membuat perahu tiba-tiba terbalik dan tenggelam di tengah sungai muara selat yang penumpang riuh diantara suara lebatnya hujan, petir dan gemuruh. Di sela itu terdengar pula suara bocah memanggil ayah dengan suara yang keras bersama berhasil memdapatkan sebuah jirigen dan sempat pula meraih tangan Agus yang sedang menangis itu, namun derasnya air membuat Agus terbawa arus bersama teriakan perih yang memanggil ayah itu dan seketika Agus cepat peristiwa itu terjadi hingga tak lama beberapa perahu nelayan menolong malang tak dapat ditolak. kecelakaan itu memakan korban dan menewaskan sembilan orang termasuk Agus yang juga anak kandung Rasyid sendiri sedangkan Rasyid dan tiga penumpang lainnya berhasil sore harinya mayat-mayat mereka pun ditemukan oleh tim pencari. Keluarga para korban begitu sedih sekali dan juga hal yang sama terasa di batin dikuburkan berjejer di pemakaman umum dan kampung kecil di pesisir itu kini sedang Faridah sebagai seorang ibu sangat terpukul sekali bahkan Faridah sempat pingsang histeris setelah ia mendengar kabar duka hari telah berlalu, luka di keluarga korban tentu belum lagi sembuh. Tiba-tiba empat orang polisi datang ke rumah Rasyid dan memboyongnya ke tahanan karena dalam kejadian tersebut Rasyid lah tersangkanya sebab dinilai lalai hingga menghilangkan nyawa orang kabar Rasyid yang ditahan itu terdengar ke telinga Ardan. Tentu kesedihan di hati Ardan pun tak bisa ia tutupi. Seorang hakim yang tegas dan jujur. begitulah orang-orang mengenal Ardan selama itu keluarga Rasyid tak pernah merasa tenang. Faridah dan Irfan sering dicemooh keluarga korban lainnya yang menganggap Rasyid adalah penyebab mereka kehilangan orang yang mereka sayangi, padahal Agus yang juga anak kandung Faridah juga ikut tewas dalam kejadian kemudian kasus Rasyid naik ke pengadilan. Dalam persidangan yang di gelar ternyata Ardan berperan sebagai yang duduk di bangku terdakwa dan rasyid terus menundukkan kepalanya. Sedangkan dalam hati Ardan, terbersit rasa sangat kasihan pada nasib yang menimpa kakak tercintanya penuntut umum terus membeberkan hal-hal yang menunjukkan Rasyid bersalah. Fakta-fakta persidangan mengungkap kelalaian Rasyid seperti Rasyid tak memeriksa terlebih dahulu mesin perahu yang ia kemudikan itu sampai-sampai Rasyid lalai karena tak memprediksi cuaca yang mungkin buruk dan dapat menjadi kendala saat Ardan tak kuasa menahan ini semua, namun sebagai seorang hakim Ardan cukup pandai menyembunyikan perasaannya diskors dan dilanjutkan minggu depan. Sedangkan Rasyid hanya tertunduk dan sekedar menjawab pertanyaan yang dilontarkan penyesalan yang dalam terus mengusik batin Rasyid hingga ia kehilangan Agus anak sulungnya suatu malam Ardan tampak murung. Photo masa kecil antara Ardan dan Rasyid juga ia tatap. Tiba-tiba air mata Ardan mengalir begitu masa lalunya bersama sang kakak membuat Ardan larut dengan mata yang ini Rosa yang juga istri Ardan ikut bersedih. Rosa mencoba menenangkan hati suaminya itu dengan mengusap-usap punggung Ardan, suaminya."Apa yang harus kuputuskan buk?" cetus Ardan dengan pertanyaannya pada sang istri."Apa kata hatimu Pak?" Rosa bertanya balik pada suaminya."Ini cukup berat, semua yang ku dapatkan hari ini adalah buah dari perjuangan dan pengorbanan bang Rasyid," ucap Ardan hanya terdiam mendengar itu."Aku sangat menyayangi bang Rasyid, aku rindu padanya, tapi aku tak ingin bertemu dia dalam keadaan seperti ini, aku tak kuat," tambah Ardan berganti dan tibalah dimana Ardan harus membacakan putusannya pada persidangan orang menunggu putusan yang penting itu. Suasana yang hening tergambar di ruang sidang itu dan Ardan mulai membaca putusannya serta berucap."Saudara Ahmad Rasyid bahwa dalam ketentuan Pasal 359 KUHP diatur mengenai perbuatan yang mengakibatkan orang mati karena salahnya yaitu,"Barang siapa karena kesalahannya kealpaannya menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun."Oleh karena itu setelah meneliti bukti dan mendengarkan keterangan para saksi maka majelis hakim memutuskan bahwa saudara Ahmad Rasyid terbukti bersalah secara hukum dengan sah dan meyakinkan serta dihukum dengan pidana penjara tiga tahun."Putusan telah dibacakan seketika palu hakim diketuk oleh Ardan dan seketika itu pula, Ardan berdiri dan berbalik badan untuk menyapu air matanya yang terus mengalir. Ardan mencoba menyeka air mata itu namun terus saja menatap kakaknya yang masih tertunduk di kursi terdakwa itu. Sejenak Ardan terbayang pengorbanan kakaknya yang mengasuh, merawat serta menyekolahkan masa lalu itu seperti film lama yang diputar ulang di pikiran Ardan. Ardan teringat saat dirinya kecil Rasyid kecil pula yang menyuapinya, Rasyid rela putus sekolah dan bekerja asalkan Ardan dapat melanjutkan saat Ardan kecil sakit maka Rasyid rela berhujan-hujanan untuk membelikan obat buat Ardan. Rasyid selalu membawa makan untuk Ardan kecil setelah Rasyid pulang bekerja. Rasyid berkata ia tak lapar namun perutnya berbunyi dan itu agar makanan yang Rasyid bawa dimakan oleh Ardan adiknya. Rasyid kerap hanya makan sisa-sisa dari apa yang telah dimakan Ardan. Begitulah Rasyid berkorban untuk Ardan sebab sejak kecil keduanya telah ditinggal mati kedua orangtua luar ruang sidang terlihat Faridah dan Irfan sedang menangis terisak-isak. Ardan coba menghampiri mereka, namun Faridah membawa anaknya menjauhi Ardan. Nampaknya Faridah begitu kecewa atas putusan Ardan sekali Ardan dan Rosa istrinya berkunjung ke rumah Kakak iparnya itu. Ardan mencoba membantu kehidupan keluarga Rasyid, sebab sejak Rasyid di penjara keuangan keluarga Rasyid makin terpuruk bahkan kini untuk kehidupan sehari-hari, Faridah terpaksa bekerja sebagai pembelah Ikan di sebuah gudang pengasinan olahan baik Ardan bersama Rosa di sambut dingin oleh Faridah dan tentunya Faridah menolak mentah-mentah bantuan yang di berikan oleh Ardan itu. Rasa kecewa Faridah membuat ia begitu membenci Ardan."Kau tak punya hati Ardan," cerca Faridah pada Ardan."Apa kau tak bisa membantunya? dia itu kakakmu!" ucap Faridah lagi dengan nada tinggi."Apa yang harus kulakukan kak?" tanya Ardan pada Faridah."Memang dasar hatimu tidak ada lagi buat kakakmu," ucap Faridah dengan ketus."Hatiku akan selalu ada buat bang Rasyid, akan selalu ada untuk selamanya, rasa sayangku tak pernah hilang padanya, tapi apa kakak tahu bahwa keadilan itu memang tak pernah punya hati," kata Ardan."Aku selalu memikirkannya, putusan yang ku buat adalah sesuatu yang berat menghimpit batinku, namun aku bisa apa? Aku hanya budak keadilan, maaf kak jika kakak kecewa dengan apa yang ku putuskan pada bang Rasyid, aku permisi,"Ardan menarik tangan Rosa, istrinya untuk beranjak keluar dari rumah terus berjalan sudah satu tahun Rasyid di penjara. Sementara Faridah dan Irfan, nasib hidup mereka semakin memburuk. Faridah yang tiap hari bekerja keras membuat kesehatannya rupanya kini kondisinya sakit-sakitan hingga suatu hari Faridah menemui ajalnya setelah penyakit semakin parah dan akhirnya Faridah meninggal untuk mengasuh Irfan, Ardan dan Rosa mengambil alih atas hak itu sebab Ardan dan Rosa setelah lama menikah ternyata belum juga di karuniai seorang saat terjadi kerusuhan di lapas dimana Rasyid ditahan. Perselisihan antara beberapa napi dan sipir penjara menjadi penyebab kerusuhan itu. Para napi baku hantam dengan sipir di lembaga pemasyarakatan pun tak dapat terelakkan lagi bahkan Rasyid yang tak ikut-ikutan dalam hal itu turut menjadi korban dan meregang nyawa saat peristiwa yang naas itu dimakamkan dan bersama napi-napi lainnya yang menjadi korban. Ardan begitu terpukul dengan hal ini. Barang barang Rasyid dikembalikan dan di antaranya ada sepucuk surat buat Irfan."[Irfan anakku, jangan pernah membenci pamanmu, sebab apa yang ia lakukan adalah bagian dari tugasnya."[Irfan, Meskipun saat ini kau belum mengerti tapi suatu saat jika ada orang yang bicara bahwa pamanmu tidak punya hati, mereka salah! hatinya selalu ada buat ayah, hanya saja pamanmu itu lebih cinta pada sumpah dan janji yang pernah ia ucapkan pada negara."[Anakku! setelah kematian Agus, kakakmu dan juga disusul oleh ibumu, Ayah berharap jaga dirimu baik-baik, jika nanti sesuatu terjadi pada ayah jangan pernah salahkan pamanmu."[sayangku selalu buat mu, Irfan anakku."Surat ini dibaca oleh Ardan dan Irfan bersama-bersama. Air mata keduanya tenggelam dalam tangisan yang memilukan. Langsung saja Ardan memeluk Irfan erat-erat. Dalam hatinya Ardan bergumam."Bang Rasyid! aku akan menjaga Irfan sebagai pengganti dirimu, akan ku perjuangkan pendidikannya, sekarang Irfan telah menjadi anakku,"Lama waktu telah berlalu bahkan dua belas tahun sejak kematian Rasyid. Irfan selama ini menjadi seorang anak bagi pasangan Ardan dan menyayangi Irfan dengan segenap jiwa dan raga mereka. Hari ini Irfan akan di wisuda menjadi seorang sarjana hukum. Irfan juga bercita-cita ingin menjadi seperti Ardan yakni seorang hakim jujur, tegas dan cinta akan memang tidak punya hati namun hati nurani dalam diri Ardan akan terus hidup dalam batinnya khusunya buat Rasyid, seorang kakak yang ia cintai dan yang akan selalu abadi dalam hati Ardan a m a t-

  1. Աзваቢе լ էρяգጵվузα
    1. Ο сворիврεջ ըፗ
    2. Миቾ խфէфαз кαբը
    3. Ն ዲсвኙኦу ежо ጣкոբሩኜе
  2. Еչ зут
Dandengan fenomena semakin banyaknya pengguna smartphone di kalangan masyarakat, bentuk narasi visual yang dipadukan dengan fitur interaktif akan saling mendukung cerita. "Hakim Yang Cerdik" merupakan salah satu cerita Kancil karangan Gamal Komandoko pada buku "Kancil Mencuri Ketimun: 19 Dongeng Kancil Pilihan Untuk Anak Cerdik".
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 122335 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8305cdfb850bc2 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Adapula ringkasan mengenai enam hakim-hakim minor: Samgar (3:31), Tola dan Yair (10:1-5), Ebzan, Elon, dan Abdon (12:8-15). Ada sarjana yang melihat para hakim minor ini sebenarnya adalah adjudicator, sedangkan para hakim utama adalah para pemimpin dan tidak benar-benar memberikan penghakiman secara hukum.
Penuntun bagi Tulisan SuciKonten PrakataAAbednegoAbinadiAbrahamAbramAdamAdam-ondi-AhmanAdopsiAgripaAhabAhli TauratAhli WarisAir Bah pada Masa NuhAir HidupAir MukaAjaran dan PerjanjianAjaran KristusAkhir DuniaAku AdaAlfa dan OmegaAlkitabAlkitab, Terjemahan Joseph Smith TJSAlkoholAllahAlma, Putra AlmaAlma yang TuaAltarAmalikiaAmarahAminAmlisiAmon, Keturunan ZarahemlaAmon, Putra MosiaAmoralitasAmosAmsalAmulekAnak-AnakAnak-Anak AllahAnak-Anak IsraelAnak-Anak KristusAnak Domba AllahAnak SulungAnak TunggalAnanias dari DamsyikAnanias dari YerusalemAndreasAntikristusApiApokalipsApokrifaAsaAsasAsas-Asas Pertama InjilAsiriaAsyerAwalAyahAyubBBaalBabelBabilonBadaniBahagia, KebahagiaanBahasaBahasa IbraniBahteraBait SuciBait Suci Kirtland, Ohio ASBaju ZirahBaka, KebakaanBalsam GileadBani IsraelBapa BangsaBapa di SurgaBapa SurgawiBapa Yang KekalBaptis, BaptisanBaptisan BayiBarabasBarnabasBartolomeusBasuh, PembasuhanBatsyebaBatu KarangBatu PenjuruBebas, KebebasanBelas KasihanBelsyazarBenci, KebencianBenih Keturunan AbrahamBenih SesawiBenyamin, Ayah dari MosiaBenyamin, Putra YakubBerani, KeberanianBerjagaBerjalan bersama AllahBerkatBerkat Bapa BangsaBernyanyiBersaksiBersalahBersih dan Tidak BersihBersumpahBertahanBertanyaBetaniaBetelBetlehemBilanganBileamBoasBrigham YoungBrotherBuah PertamaBuah TerlarangBukit CumorahBukit ZaitunBumiCCemburu, KecemburuanDDagingDamai, KedamaianDamba, MendambakanDamsyikDanDanielDarahDariusDatangDaudDavid WhitmerDavid W. PattenDeboraDelilaDeraanDesak, DesakanDesas-DesusDeseretDewan Dua BelasDewan TinggiDiakenDilahirkan dari AllahDilahirkan KembaliDiperanakkanDispensasiDoaDoa Bapa KamiDosaDosa Tak TermaafkanDua Belas Suku IsraelDuniaDunia RohDustaEEdenEdward PartridgeEfraimEgiptusEkskomunikasiEliEliaEliasElisaElisabetElohimEmanuelEmma Hale SmithEnos, Putra YakubEsauEsayasEsterEterEzraFFana, KefanaanFasikFayette, New York ASFilemonFilipusFiraunFirdausFirmanFirman AllahFirman KebijaksanaanFitnahFrederick G. WilliamsGGabrielGad, Putra YakubGad si PelihatGadisGalileaGamalielGaramGembalaGembala Yang BaikGereja yang Besar dan KejiGereja yang KejiGereja Yesus KristusGereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman AkhirGetsemaniGideon Kitab MormonGideon Perjanjian LamaGodaanGogGolgotaGoliatGomoraGosipGudang PenyimpananGunung SinaiHHabakukHabelHagaiHagarHagotHak KesulunganHak PilihanHak Pilihan BebasHamHana Perjanjian LamaHana Perjanjian BaruHanasHarapanHari MingguHari SabatHari TuhanHarmagedonHarun, Kakak Laki-Laki MusaHarun, Putra MosiaHarta KekayaanHastaHatiHati yang HancurHawaHawa NafsuHebronHelaman, Putra AlmaHelaman, Putra HelamanHelaman, Putra Raja BenyaminHenokhHerodesHerodiasHidupHimniHizkiaHormatHosanaHoseaHujat, PenghujatanHukumHukum MusaHukum PersucianHukum TauratHukumanHukuman MatiHutan SakralHyrum SmithIIbaIbadatIblisIbuIlhamImam, Imamat HarunImam, Imamat MelkisedekImam TinggiImamatImamat HarunImamat LewiImamat MelkisedekImamat TinggiImanImanuelInjilInsaf, KeinsafanIntegritasIriIsaiIsakharIshakIsmael, Ayah Mertua NefiIsmael, Putra AbrahamIsraelIstirahatIstriIzebelJJabatanJackson County, Missouri ASJahat, KejahatanJalanJandaJiwaJohn TaylorJohn WhitmerJoseph F. SmithJoseph Smith, Smith, KejujuranJuruselamatKKainKaisarKalebKalvariKanaanKanonKaruniaKarunia BahasaKarunia PembedaanKarunia RohKarunia Roh KudusKarunia RohaniKasihKasih AmalKasih KaruniaKayafasKe-Allah-anKeadaan KeduaKeadilanKeallahanKebajikanKebakaanKebangkitanKebenaranKebijaksanaanKebinasaanKebun TuhanKecerdasanKedatangan Kedua Yesus KristusKeduniawianKefanaanKegelapan LuarKegelapan RohaniKehidupan AbadiKehidupan KekalKehidupan PrafanaKejadianKeluaranKitab KejadianKejatuhan Adam dan HawaKeji, KekejianKekaisaran RomawiKekayaanKekudusanKelemahanKeluargaKemah SuciKemalanganKematian JasmaniKematian KeduaKematian RohaniKemerdekaanKemuliaanKemuliaan SelestialKemuliaan TelestialKemuliaan TerestrialKemurkaanKemurtadanKenaikanKerajaan AllahKerajaan SurgaKerubinKesahajaanKesaksianKesalahanKesatuanKesehatanKesejahteraanKeselamatanKeselamatan Anak-AnakKeselamatan bagi yang MatiKesembronoanKesombonganKesucianKetekunanKetidakpercayaanKetuhananKewajibanKhidmatKhotbahKhotbah di BukitKidung AgungKisah Para RasulKiskumenKitab BilanganKitab ImamatKitab KehidupanKitab KeluaranKitab KenanganKitab-Kitab InjilKitab-Kitab StandarKitab-Kitab Tulisan Suci yang HilangKitab MormonKitab PengkhotbahKitab Perintah-PerintahKitab Raja-RajaKitab RatapanKitab TawarikhKitab UlanganKolobKomplotan RahasiaKoreshKoriantonKoriantumurKorihorKorneliusKotor, KekotoranKristusKronologiKuasaKuburKudusKukKunci-Kunci ImamatKuorumKuorum Dua BelasKurbanKutukanLLaban, Penyimpan Lempengan-Lempengan KuninganLaban, Saudara Laki-Laki RibkaLadangLaknatLalangLamanLamoniLangitLaut MatiLaut MerahLawanLayak, KelayakanLazarusLeaLehi, Ayah dari NefiLehi, Komandan Militer Orang NefiLehi, Misionaris Orang NefiLembut Hati, Kelembutan HatiLempengan DadaLempengan-LempenganLempengan-Lempengan EmasLempengan-Lempengan KuninganLemuelLewiLiahonaLidahLimhiLotLucy Mack SmithLukasLusiferMMabukMagogMahahadirMahakuasaMahatahuMahkotaMakhluk UbahanMaklumat Resmi 1Maklumat Resmi 2MalaikatMalaikat yang MelayaniMalas, KemalasanMaleakhiMamonManasyeManifestoMannaManusiaManusia AlamiManusia KekudusanMaria, Ibu dari MarkusMaria, Ibu dari YesusMaria dari BetaniaMaria MagdalenaMarkusMartaMartin HarrisMartirMataMati SyahidMatiasMatiusMazmurMeditasiMelakukanMelayaniMelkisedekMembenarkanMembunuhMemilihMemintaMempelai Laki-LakiMemperingatkanMempersucikanMenasihatiMencuriMendamaikanMendukung Pemimpin GerejaMenerjemahkanMenetapkanMengajarMengakuiMengampuniMenganggapMenggerutuMenghakimiMenghidupkanMengurapiMenipuMenjunjung TinggiMenyembuhkanMerasakanMeremehkanMerenungkanMesakhMesiasMesirMetusalahMikhaMikhaelMileniumMimpiMinumMinyakMiryamMiskinMissouriMisteri AllahMoabMoralitasMormon, Nabi Orang NefiMoroni, Putra MormonMoroniha, Putra Panglima MoroniMosia, Ayah dari BenyaminMosia, Putra BenyaminMukjizatMulekMuridMurid-Murid Orang NefiMurni, KemurnianMusaMusikMutiara yang Sangat BerhargaNNaamanNabiNabiahNafsuNaftaliNahumNama GerejaNaomiNasihatNatanNatanaelNauvoo, Illinois ASNazaretNebukadnezarNefi, Putra HelamanNefi, Putra LehiNefi, Putra Nefi, Putra HelamanNehemiaNehorNerakaNewel K. WhitneyNikodemusNiniweNubuatNuh, Bapa Bangsa dalam AlkitabNuh, Putra ZenifNyanyian PujianOObajaObedOliver CowderyOmegaOmnerOmniOrang KanaanOrang MormonOrang SuciOrangtuaOrang-Orang AmalekOrang-Orang AmalekiOrang-Orang AmlisiOrang-Orang Anti-Nefi-LehiOrang-Orang Bukan IsraelOrang-Orang FarisiOrang-Orang FilistinOrang-Orang KristenOrang-Orang LamanOrang-Orang NefiOrang-Orang Pendukung RajaOrang-Orang SadukiOrang-Orang SamariaOrang-Orang YahudiOrang-Orang YaredOrang-Orang ZoramOrdo GabunganOrson HydeOrson PrattPPahoranPandanganPanenPanggilanPanglima MoroniPanjiPanji KemerdekaanPapan EfraimPapan YehudaPapan YusufParley Parker PrattPasakPasal-Pasal KepercayaanPaskahPatuh, KepatuhanPaulusPejabatPekerjaanPekerjaan MisionarisPelanggaran MoralPelangiPelayananPelayanan bagi yang SakitPelegPelihatPemanggilanPemanggilan dan PemilihanPembalasanPembaptisPembebasPembelaPembenaranPemberita InjilPemberkahanPemberontakanPembesar UmumPembicaraan JahatPemerintahanPemeteraianPemikiranPemilihanPemujaan BerhalaPemulihanPemulihan InjilPemungut CukaiPemungutan SuaraPenahbisanPenahbisan ImamatPenatuaPenawananPencelupanPencerai-beraian IsraelPenciptaPenciptaanPenciptaan RohPendamaiPendamaianPenderaanPenebusPenebusanPenemananPenetapanPengajarPengajar, Imamat HarunPengakuanPengampunan akan Dosa-DosaPenganiayaanPengendalian KelahiranPengertianPengetahuanPenghakimanPenghakiman TerakhirPenghancurPenghiburPenghibur KeduaPenghukumanPenghulu MalaikatPengkhotbahPenglihatanPenglihatan PertamaPengudusanPengukuhanPengumpulan IsraelPenipuanPenipuan ImamPenjagaPenjara RohPentakostaPentateusPenumpangan TanganPenyakitPenyakit KustaPenyalibanPenyembuhanPenyerakanPenyuratPerampok GadiantonPerangPerang di SurgaPerangaiPerantaraPerawanPerawan MariaPercabulanPercaya, KepercayaanPerceraianPerilaku HomoseksualPeringatanPerintah-Perintah AllahPerjamuan Malam TerakhirPerjamuan Malam TuhanPerjanjianPerjanjian AbrahamPerjanjian BaruPerjanjian LamaPerjanjian yang AbadiPerjanjian yang Baru dan AbadiPerkataan Tak SenonohPermuliaanPermusuhanPernikahanPernikahan Bait SuciPernikahan JamakPersekutuanPerselisihanPersembahanPersepuluhanPersetujuan BersamaPertemananPertengkaranPertentanganPertobatanPerubahan RupaPerumpamaanPerwakilanPerwira PasukanPerzinaanPeter Whitmer, PengawasanPikiranPilihanPohon KehidupanPohon ZaitunPolaPoligamiPongah, KepongahanPontius PilatusPornografiPrapenahbisanPredestinasiPresidenPresidensiPresidensi UtamaPuasaPujianPutra AllahPutra dan Putri AllahPutra KebinasaanPutra ManusiaPutra-Putra HelamanPutra-Putra MosiaRRafaelRahelRaja-RajaRameumtomRasa PercayaRasulRehabeamRehuelRencana KeselamatanRencana PenebusanRendah Hati, KerendahhatianRibkaRohRoh KudusRoh Kudus yang DijanjikanRoh-Roh JahatRoh yang MenyesalRomaRoti KehidupanRubenRumahRumah TuhanRutRutan Carthage ASRutan Liberty, Missouri ASSSabar, KesabaranSadrakhSakitSakralSakramenSaksiSaksi Kitab MormonSaleh, KesalehanSalemSalibSalomoSamSamariaSamuel, Nabi Perjanjian LamaSamuel H. SmithSamuel, Orang LamanSanhedrinSaraSariaSatuSaudara Laki-LakiSaudara Laki-Laki YaredSaudara PerempuanSaul, Raja IsraelSaulus dari TarsusSedekahSejarah KeluargaSekolah para NabiSelibatSemSembahSempurnaSensualitasSepuluh PerintahSepuluh SukuSeremSesumbarSetSetanSia-SiaSiblonSidang di SurgaSidney RigdonSilsilahSimakSimbolismeSimeonSimon PetrusSimon, Orang KanaanSimsonSinagogeSionSisterSizSodomSpencer W. KimballStefanusSuamiSuaraSuara HatiSukacitaSuku-Suku yang HilangSumpahSumpah dan Perjanjian ImamatSunatSungai YordanSurat Kepada FilemonSurat kepada Jemaat EfesusSurat kepada Jemaat FilipiSurat kepada Jemaat GalatiaSurat kepada Jemaat KoloseSurat kepada Jemaat RomaSurat kepada Orang IbraniSurat kepada TitusSurat-Surat kepada Jemaat KorintusSurat-Surat kepada Jemaat TesalonikaSurat-Surat kepada TimotiusSurat-Surat PaulusSurgaSyukurTTabirTabut PerjanjianTak Berdosa, KetidakberdosaanTakutTalentaTaman EdenTaman GetsemaniTanah TerjanjikanTandaTanda Burung MerpatiTanda-Tanda Gereja SejatiTanda-Tanda Kelahiran dan Kematian Yesus KristusTanda-Tanda ZamanTanggung JawabTanpa AkhirTata CaraTawarikhTeankumTelingaTembakauTempat MahakudusTerangTerang KristusTerima KasihTerjemahan Joseph Smith TJSTerpilihTersinggungThomas B. MarshTidak BersihTidak KudusTidak Saleh, KetidaksalehanTidurTiga Murid Orang NefiTimotiusTingkat-Tingkat KemuliaanTipu DayaTitusTomasTradisiTubuhTugas PengawasanTuhanTuhan Semesta AlamTujuh PuluhTulisan SuciTulisan Suci yang HilangUUangUcapan BahagiaUlanganUlar KuninganUndang-Undang DasarUndiUrUrim dan TumimUsia PertanggungjawabanUskupUskup KetuaUtangWWahyuWahyu kepada YohanesWanitaWewenangWilford WoodruffWilliam W. PhelpsYYafetYakobus, Adik Laki-Laki TuhanYakobus, Putra AlfeusYakobus, Putra ZebedeusYakub, Putra IshakYakub, Putra LehiYang DiurapiYang Kudus dari IsraelYang Lanjut UsianyaYaredYaromYehezkielYehovaYehudaYeremiaYerikhoYerobeamYerubaalYerusalemYerusalem BaruYesayaYesus KristusYitroYoelYohanes PembaptisYohanes, Putra ZebedeusYonatanYosafatYosiaYosuaYudasYudas IskariotYudas, Saudara Laki-Laki YakobusYunusYusuf dari ArimateaYusuf, Putra YakubYusuf, Suami MariaZZakhariaZakhariasZaman AkhirZaman TerakhirZarahemlaZebulonZedekiaZefanyaZenifZenokZenosZerubabelZezromZiporaZoram Sebuah kitab dalam Perjanjian Lama. Kitab Hakim-Hakim berurusan dengan bangsa Israel dari kematian Yosua sampai kelahiran Samuel. Pasal 1–3 adalah kata pengantar untuk seluruh kitab Hakim-Hakim. Itu menjelaskan bahwa karena bangsa Israel tidak menghalau keluar musuh mereka Hak. 116–35, bangsa Israel mesti menderita akibatnya hilangnya iman, pernikahan dengan orang yang tidak percaya, dan pemujaan berhala. Pasal 4–5 menuturkan pengalaman Debora dan Barak, yang membebaskan Israel dari orang-orang Kanaan. Pasal 6–8 adalah pengalaman yang meningkatkan iman dari Gideon, yang Tuhan berkati untuk membebaskan Israel dari orang-orang Midian. Dalam pasal 9–12, beberapa pria berbeda melayani sebagai hakim di Israel selama waktu sebagian besar orang Israel berada dalam kemurtadan dan diperintah oleh para penguasa asing. Pasal 13–16 menceritakan kebangkitan dan kejatuhan hakim terakhir, Simson. Pasal-pasal terakhir, 17–21, dapat diuraikan sebagai tambahan yang mengungkapkan kedalaman dosa-dosa Israel.
QtpVN. 430 382 375 278 134 429 451 167 424

ringkasan cerita hakim yang cerdik